KETENAGAKERJAAN
DI INDONESIA
Kesempatan kerja
merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga
kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat
menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan
angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau
keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang
yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh
pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.
Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang
menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para
pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai
permintaan atas tenaga kerja.
Sementara itu,
angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan
sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang
mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut
sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung
komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk
golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan
kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan
ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
kenyataannya, jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang
positif terhadap kesejahteraan.
Usia
Kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja
dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14
sampai 55 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk di luar
usia kerja, yaitu di bawah usia kerja dan di atas usia kerja. Penduduk yang
dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dasar dan yang sudah pensiun atau berusia
lanjut.
Bagian lain dari
penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk di
dalamnya adalah para remaja yang sudah masuk usia kerja tetapi belum bekerja
atau belum mencari perkerjaan karena masih sekolah. Ibu rumah tangga pun
termasuk ke dalam kelompok bukan angkatan kerja. Penduduk dalam usia kerja yang
termasuk angkatan kerja, dikelompokkan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan
tenaga kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga Kerja (man power) adalah
bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi
serta menghasilkan barang atau jasa.
Selanjutnya
penduduk usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja.
Khusus untuk
angkatan kerja meliputi antara lain:
a) Bekerja
b) Punya
pekerjaan tapi sementara tidak bekerja
c) Mencari
pekerjaan (pengangguran terbuka).
Mulai
Tahun 2005, SAKERNAS dilaksanakan secara semester I (bulan Pebruari) dan Semester
II (bulan Agustus). Survei tersebut dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik di
seluruh Indonesia. Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas). Survei ini khusus dirancang untuk mengumpulkan
informasi/ data ketenagakerjaan. Pada beberapa survei sebelumnya, pengumpulan
data ketenagakerjaan dipadukan dalam kegiatan lainnya, seperti Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP), dan Survei Penduduk Antar
Sensus (Supas). Sakernas pertama kali diselenggarakan pada tahun 1976, kemudian
dilanjutkan pada tahun 1977 dan 1978. Pada tahun 1986-1993, Sakernas
diselenggarakan secara triwulanan di seluruh provinsi di Indonesia, sedangkan
tahun 1994 - 2001, Sakernas dilaksanakan secara tahunan yaitu setiap bulan
Agustus. Sejak tahun 2002 hingga sekarang, di samping Sakernas tahunan
dilakukan pula Sakernas Triwulanan. Sakernas Triwulanan ini dimaksudkan untuk
memantau indikator ketenagakerjaan secara dini di Indonesia, yang mengacu pada
KILM (the Key Indicators of the Labour Market) yang direkomendasikan oleh ILO
(theInternational Labour Organization).
Sejak Sakernas 2001, konsep status pekerjaan dan pengangguran mengalami perluasan dan penyempurnaan. Status pekerjaan yang pada Sakernas 2000 hanya 5 kategori, mulai tahun 2001 ditambahkan kategori baru yaitu: pekerja bebas di pertanian dan pekerja bebas di non pertanian. Selain itu, dalam rangka menyesuaikan dengan konsep ILO, konsep Pengangguran Terbuka diperluas yaitu di samping mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, mencakup pula kelompok penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, dan kelompok penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta kelompok penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Penduduk Usia Kerja adalah Penduduk yang berumur 15 tahun keatas.
Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih)
yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran. Pengangguran terbuka
adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang tidak bekerja
dan sedang mencari pekerjaan. Setengah
penganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu
yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
Setengah pengangguran yang dimaksudkan defenisi itu disebut sebagai setengah
pengangguran terpaksa. Sedangkan orang yang bekerja dibawah 35 jam per minggu
namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain
dikelompokkan sebagai setengah pengangguran sukarela.
Tingkat pengangguran = Tingkat pengangguran terbuka ( Pengangguran terbuka dibagi Angkatan kerja dikali 100)+ Tingkat pengangguran setengah pengangguran terpaksa
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).
Tingkat pengangguran = Tingkat pengangguran terbuka ( Pengangguran terbuka dibagi Angkatan kerja dikali 100)+ Tingkat pengangguran setengah pengangguran terpaksa
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).
Analisis Tabel:
Berdasarkan data yang disajikan
tentang tingkat pengangguran menurut pendidikan dari tahun 2004 sampai Februari
2008 yang bersumber dari BPS (lihat tabel). Data-data itu menunjukkan jumlah
pengangguran di berbagai jenjang pendidikan yaitu jenjang pendidikan di bawah
SD, SD, SMP, SMU, Diploma dan Universitas.
No.
|
Pendidikan
Tertinggi Yang Ditamatkan
|
2004
|
2005
(Feb)
|
2005
(Nov)
|
2006
(Feb)
|
2006 (Agst)
|
2007
(Feb)
|
2007
(Agst)
|
2008
(Feb)
|
2008
(Agst)
|
||
1
|
Tidak/Belum Pernah
Sekolah/Belum Tamat SD
|
1 004 296
|
1 012 711
|
937 985
|
849 425
|
781 920
|
666 066
|
532 820
|
528 195
|
547 038
|
||
2
|
Sekolah Dasar
|
2 275 281
|
2 540 977
|
2 729 915
|
2 675 459
|
2 589 699
|
2 753 548
|
2 179 792
|
2 216 748
|
2 099 968
|
||
3
|
SLTP
|
2 690 912
|
2 680 810
|
3 151 231
|
2 860 007
|
2 730 045
|
2 643 062
|
2 264 198
|
2 166 619
|
1 973 986
|
||
4
|
SMTA (Umum dan
Kejuruan)
|
3 695 504
|
3 911 502
|
5 106 915
|
4 047 016
|
4 156 708
|
3 745 035
|
4 070 553
|
3 369 959
|
3 812 522
|
||
5
|
Diploma
I/II/III/Akademi
|
237 251
|
322 836
|
308 522
|
297 185
|
278 074
|
330 316
|
397 191
|
519 867
|
362 683
|
||
6
|
Universitas
|
348 107
|
385 418
|
395 538
|
375 601
|
395 554
|
409 890
|
566 588
|
626 202
|
598 318
|
||
Total
|
10 251 351
|
10 854 254
|
12 630 106
|
11 104 693
|
10 932 000
|
10 547 917
|
10 011 142
|
9 427 590
|
9 394 515
|
|||
*) Mencari
pekerjaan, mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan,
sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja
|
||||||||||||
Sumber: Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008.
|
||||||||||||
Pengangguran
Terbuka*) Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004, 2005, 2006, 2007,
dan 2008.
Data dimulai
dari tahun 2004, Februari 2005, November 2005, Februari 2006, Agustus 2006,
Februari 2007, Agustus 2007, dan Februari 2008. Data ini didapat dari Survey
Angkatan kerja Nasional yang dilakukan oleh BPS 2004, 2005, 2006 dan 2007.
Untuk jenjang pendidikan di bawah SD terjadi penurunan jumlah pengangguran
setiap tahunnya di mana dari tahun 2004 sampai dengan Februari 2008 terjadi
penurunan 50%. Untuk tamatan SD, terjadi fluktuasi setiap tahunnya di mana
besarnya fluktuasi tidak signifikan dan terjadi penurunan sebesar 4% dari tahun
2004 ke Februari 2008. Untuk tamatan SMP juga berfluktuasi tiap tahunnya dan
antara tahun 2004 ke Februari 2008 terjadi penurunan sebesar 19%.
Kesimpulan
Dua penyebab
utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat
pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan
terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang
yang sebenarnya
mampu dan ingin
bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali. Elwin
Tobing mengidentifikasikan bahwa meningkatnya pengangguran tenaga terdidik
merupakan gabungan beberapa penyebab:
1.
Ketidakcocokkan antara karakteristik
lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dan
kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja). Ketidakcocokan
ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi status, atau masalah
keahlian khusus. Memang juga bahwa tidak setiap lulusan langsung mencari kerja.
2.
Semakin terdidik seseorang, semakin
besar harapannya pada jenis pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai tinggi
pekerjaan yang stabil daripada pekerjaan yang beresiko tinggi sehingga lebih
suka bekerja pada perusahaan yang lebih besar daripada membuka usaha sendiri.
Hal ini diperkuat oleh hasil studi Clignet (1980), yang menemukan gejala
meningkatnya pengangguran terdidik di Indonesia, antara lain disebabkan adanya
keinginan memilih pekerjaan yang aman dari resiko. Dengan demikian angkatan
kerja terdidik lebih suka memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang
tidak sesuai dengan keinginan mereka.
3.
Terbatasnya daya serap tenaga kerja
sektor formal, sementara angkatan kerja terdidik cenderung memasuki sektor
formal yang kurang beresiko. Hal ini menimbulkan tekanan penawaran, yaitu
tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan yang kuat
terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif kecil.
4.
Belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di
samping faktor kesulitan memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja
yang tidak sempurna dan tidak lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja
di luar bidangnya. Denga begitu ada banyak hal yang menyebabkan peningkatan
pengangguran terdidik terutama dari sebab faktor gengsi pendidikan menyebabkan
lulusan akademi atau universitas memilih menganggur, masalah skil lulusan serta
sempitnya lowongan pekerjaan sektor formal.
0 komentar:
Posting Komentar