Kamis, 11 September 2014



Oleh Kelompok 7
Firsti Ceria Ananda Ayu
Hafizha Dea Iftina
 Reza Bangun
Rahmanda M. T.
Urbanisasi dan Migrasi Desa-Kota
 Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, Economic Development, 11th Edition, Ch 7.

7.1 Dilema Migrasi dan Urbanisasi
Bab ini berfokus pada salah satu dilema proses pembangunan yang paling rumit dan peka, yaitu gejala perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari kawasan pedesaan ke kota - kota yang semakin banyak bermunculan di Afrika, Asia, dan Australia, dan Amerika Latin yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Jumlah penduduk dunia pada tahun 2050 diperkirakan akan mencapai lebih dari 9 miliar, dan pertumbuhan penduduk yang paling dramatis akan lebih banyak terjadi di berbagai kota di negara – negara berkembang.
Urbanisasi: Trend dan Proyeksi
            Hubungan positif antara urbanisasi dan pendapatan per kapita merupakan “fakta khusus” paling jelas dan menonjol dari proses pembangunan. Umumnya, semakin maju suatu negara berdasarkan pendapatan per kapita, semakin besar jumlah penduduk yang mendiami kawasan perkotaan. Meski urbanisasi terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi, faktanya adalah urbanisasi terjadi di semua negara. Tidak menjadi soal apakah negara tersebut berpendapatan tinggi atau rendah dan apakah pertumbuhan itu positif atau negatif. Singkatnya, urbanisasi sedang terjadi di semua negara di dunia dengan tingkat yang berbeda –beda.
            Mengapa masyarakat lebih banyak yang memilih untuk menetap di perkotaan? Hal inilah yang disebut dengan bias perkotaan. Suatu gagasan bahwa hampir semua pemerintah negara berkembang menerapkan kebijakan pembangunan yang lebih berpihak pada sektor perkotaan, sehingga menimbulkan kesenjangan besar antara perekonomian perkotaan dan perekonomian pedesaan.
            Pertanyaan penting berkenaan dengan aglomerasi perkotaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya adalah: bagaimana semua kota ini akan mengelola konsentrasi penduduk sebesar itu secara ekonomi, lingkungan, dan politik. Ukurannya begitu besar sehingga perekonomian kota itu akan menyusut karena biaya mengelola kepadatan. Cepatnya pertumbuhan penduduk yang menyebabkan penumpukan manusia akan jauh melebihi pertumbuhan infrastruktur manusia dan fisik yang dibutuhkan untuk sekedar menjalani kehidupan ekonomi yang cukup efisien serta hubungan sosial dan politik yang tertib, apalagi kenyamanan bagi penghuninya.
Meski pertumbuhan penduduk dan migrasi desa – kota ( rural urban migration ) yang terus meningkat merupakan penyebab utama ledakan kawasan perkampungan dan kumuh perkotaan, pemerintah juga turut bertanggung – jawab atas timbulnya keadaan itu. Dengan meluasnya ketidakpuasan yang disebabkan oleh pengalaman akan pertumbuhan perkotaan yang cepat di negara – negara berkembang, isu penting yang perlu dibahas adalah sejauh mana pemerintah negara berkembang dapat merumuskan kebijakan pembangunan yang benar – benar bisa memberikan dampak yang pasti bagi trend dan karakter pertumbuhan kawasan perkotaan.
           
7.2 Peranan Kota
Kawasan perkotaan  telah memainkan peran sangat konstruktif dalam perekonomian negara – negara maju dewasa ini, dan kawasan ini masih menyisakan potensi besar dan belum terjamah untuk menghasilkan hal serupa di  negara berkembang. Apa sajakah yang menjelaskan hubungan antara pertumbuhan perekonomian dengan urbanisasi? Secara umum, kota terbentuk karena memberikan keunggulan atau keuntungan  efisiensi biaya bagi para produsen dan konsumen melalui apa yang disebut ekonomi aglomerasi.
Ekonomi aglomerasi merupakan keunggulan atau efisiensi biaya yang diperoleh produsen ke konsumen dari lokasi dalam kota besar atau sedang, yang berwujud ekonomi urbanisasi dan ekonomi lokalisasi. Ekonomi urbanisasi merupakan akibat dari aglomerasi yang berkaitan dengan pertumbuhan umum wilayah geografi yang terkonsentrasi. Sedangkan ekonomi lokalisasi adalah akibat aglomerasi yang diperoleh sektor – sektor ekonomi, seperti pembiayaan dan kendaraan bermotor, ketika sector itu tumbuh dan berkembang dalam suatu kawasan.
Distrik Industri
            Definisi ekonomi tentang kota adalah “suatu kawasan yang kepadatan penduduknya relatif tinggi, dan memiliki sejumlah aktivitas yang sangat berkaitan.” Perusahaan – perusahaan umumnya juga lebih suka berada di lokasi yang memungkinkan mereka belajar dari perusahaan lain yang melakukan pekerjaan serupa. Imbas pengetahuan ini merupakan manfaat ekonomi aglomerasi, bagian dari manfaat lokalisasi yang disebut sebagai :distrik industri”. Di mana tepatnya lokasi industri itu tidak menjadi masalah.
            Kelompok – kelompok industri merupakan hal yang biasa ditemukan di negara – negara berkembang. Dari yang berada pada tahap – tahap pembangunan industri yang bervariasi dari industry rumahan sampai dengan industri manufaktur berteknologi maju. Namun, kedinamisan kelompok tersebut berbeda – beda karena cenderung terspesialisasi pada suatu bidang. Dalam beberapa kasus, spesialiasasi yang sifatnya tradisional itu telah berkembang menjadi kelompok usaha yang lebih maju.
Kelompok usaha ini menyerupai distrik di negara maju, tetapi memerlukan pembiayaan yang memadai untuk berinvestasi dalam perusahaan – perusahaan inti yang menggunakan barang modal dalam skala yang besar.
            Dalam studi yang dilakukan terhadap enam kelompok usaha representative di Afrika, Dorothy McCormick menyimpulkan bahwa, “kelompok usaha dasar menyiapkan jalan; kelompok industrialisasi memprakarsai proses spesialisasi, diferensiasi, dan pengembangan teknologi; dan kelompok industri canggih menghasilkan produk kompetitif di pasar yang lebih luas. Dalam beberapa kasus, bukti menunjukkan kegagalan koordinasi yang tidak ditanggulangi, sehingga pemerintah dapat berperan aktif menetapkan kebijakan untuk mendorong peningkatan kelompok usaha. Dalam kasus – kasus lainnya, justru pemerintah yang menyebabkan kemandekan gugus usaha karena menerapkan peraturan yang kaku dan tidak rasional, yang akibatnya jauh lebih merusak ketimbang ketidakacuhan terhadap kelompok usaha di sektor informal.

Skala Perkotaan yang efisien
Skala perkotaan yang efisien dapat tercapai bagi sejumlah kota industry yang terkait erat, seperti industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dari hulu ke hilir. Salah satu pengecualian yang menonjol adalah kemungkinan terjadinya imbas dari kemajuan teknologi. Akan tetapi, terdapat juga biaya penumpukan (congestion) yang penting seperti makin tingginya kawasan perkotaan, makin tinggi pula biaya real estate.
Dalam mekanisme pasar yang kompetitif, jika para pekerja di sebuah kota besar dengan upah yang lebih tinggi tetapi dengan biaya hidup yang juga tinggi tidak akan lebih beruntung secara materiil dibandingkan para pekerja dengan pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan kesehatan setara yang tinggal di kota kecil dengan upah yang lebih rendah dan biaya hidup yang lebih rendah pula.

7.3 Masalah yang ditimbulkan kota raksasa
Rute transportasi utama di negera-negara berkembang umumnya adalah warisan zaman kolonial. Rute drainase yang dibuat pada zaman kolonial mengedepankan kemudahan pengurasan SDA negeri jajahan. Biasanya, ibu kota berlokasi dekat dengan pintu keluar system ini yaitu tepi laut. Sistem tranportasi ini diacu sebagai “system hub-and-spoke”.
Pendekatan bidang datar terdeferiensiasi mengedepankan dampak warisan sejarah yang masih ada sampai sekarang. Pendekatan ini mampu menjelaskan cara kita menemukan kota-kota yang terlalu besar di negera berkembang dan menyarankan kebijakan desentralisasi perkotaan yang dapat diterapkan untuk membantu mencari solusi dari masalahnya.
Adakalanya sebuah kota inti (urban core) menjadi terlalu besar, sehingga tidak dapat lagi mempertahankan biaya industri yang berlokasi di tempat itu pada tingkat minimum. Di Negara-negara berkembang, pemerintah cenderung kurang terlibat dalam penyebaran aktivitas ekonomi dengan ukuran lebih dapat dikelola atau andaikan mereka memang terlibat, sering kali kurang efektif. Sebagai contoh, pemerintah ingin menyebarkan industri tanpa mempertimbangkan sifat-sifat aglomerasi; dengan memberikan insentif tetapi tidak ada upaya mengelompokkan sejumlah industru yang berkaitan.
Bias Kota Utama
Bias kota utama (first-city bias) merupakan bentuk bias perkotaan yang sering menyebabkan gangguan cukup besar. Kota terbesar suatu negara akan menerima bagian investasi swasta dalam proporsi lebih besar dibandingkan dengan yang diberikan bagi kota terbesar kedua dan kota-kota kecil lainnya. Efeknya, kota utama memiliki jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi yang besar.
Penyebab timbulnya kota raksasa
Secara keseluruhan, semakin besar kota merupakan akibat dari kombinasi system transportasi hub-and-spoke dan lokasi modal politik di kota terbesar. Hal ini semakin diperkuat oleh budaya politik perburuan rente dan kegagalan pasar modal yang membuat upaya pembangunan pusat-pusat kota baru tidak dapat dilakukan oleh pasar. Paul Krugman menekankan akibat dari industrialisasi substitusi impor dengan proteksi yang ketat, serta penduduk dan aktivitas ekonomi yang memiliki insentif untuk berkonsentrasi di satu kota, sebagian besar untuk mengurangi biaya transportasi. Faktor ekonomi politik yang menyebabkan semakin besarnya ibu kota negara adalah perusahaan akan lebih diuntungkan untuk berada pada lokasi dimana mereka memiliki akses yang mudah kepada pejabat pemerintah agar dapat beroperasi.

7.4 Sektor Informal Perkotaan
Sektor informal adalah bagian dari perekonomian negara-negara berkembang yang dicirikan dengan adanya usaha kecil kompetitif perorangan atau keluarga, perdagangan kelontong dan layanan remeh-temeh, berorientasi padat karya, tanpa adanya hambatan masuk, serta dengan harga faktor dan produk yang ditentukan pasar.
Keberadaan sektor informal yang tidak terorgaisasi, tidak diregulasi, dan semuanya legal meskipun tidak terdaftar telah diakui pada tahun 1970-an berdasarkan pengamatan di beberapa negara berkembang, yang menunjukkan bahwa bertambah bayaknya tenaga kerja perkotaan ternyata tidak tampak dalam statistik pengangguran sektor modern formal.

Kebijakan bagi Sektor Informal Perkotaan
Dalam hubungannya dengan sektor-sektor lainnya, sektor informal terkait dengan sektor pedesaan dalam arti bahwa sektor ini memungkinkan tenaga kerja yang berlebih untuk keluar dari kemiskinan ekstrem dan kondisi setengah menganggur di desa, meski harus menjalani kehidupan serta kondisi erja dan pendapatan yang sering kali tidak jauh lebih baik. Pendapatan para perkerja sektor informal masih tetap lebih tinggi daripada pekerja di wilayah-wilayah pedesaan paling miskin, terlepas dari berlanjutnya arus migrasi dari desa ke kota.
Peran penting yang dimainkan sektor informal dalam menyediakan kesempatan memperoleh penghasilan bagi kaum miskin telah jelas. Akan tetapi, ada pertanyaan mengenai apakah sektor informal hanyalah landasan ke sektor formal dan jika demikian merupakan tahap transisional yang harus dibuat senyaman mungkin tanpa melanggengkan keberadaannya sampai akhirnya diserap oleh sektor formal, atau apakah sektor ini akan tetap ada dan seharusnya justru ditingkatkan sebagai sumber lapangan kerja dan penghasilan utama bagi tenaga kerja perkotaan.
Argumen yang dapat mendukung upaya meningkatkan sektor informal ialah:
1.      Bukti yang tersebar menunjukkan bahwa sektor informal menghasilka surplus bahkan dalam lingkungan kebijakan tidak bersahabat yang menghambat sektor ini untuk memperoleh manfaat yang diberikan kepada sektor formal.
2.      Intensitas modal rendah dan hanya merupakan bagian kecil dari modal yang diperlukan sektor formal untuk mempekerjakan seorang pekerja di sektor informal, berarti akan ada tabungan yang cukup besar bagi negara berkembang yang sering kali terganggu oleh kekurangan modal.
3.      Pelatihan dan magang dengan biaya relatif jauh lebih kecil
4.      Menghasilkan permintaan akan tenaga kerja semiterampil dan tidak terampil yang persediaannya semakin meningkat.

Perempuan di Sektor Informal
Di beberapa wilayah dunia, perempuan mendominasi para migran dari desa ke kota dan mungkin bahkan menjadi mayoritas penduduk kawasan perkotaan. Perubahan komposisi arus migrasi ini menimbulkan implikasi ekonomi dan demografi yang penting terhadap kawasan perkotaan di negara berkembang.
Karena anggota rumah tangga yang dikepalai perempuan ini umumnya melakukan pekerjaan di sektor informal yang produktivitasnya rendah dan memikul beban ketergantungan yang lebih tinggi, mereka cenderung lebih miskin dan kurang nutrisi, kecil kemungkinannya memiliki pendidikan formal serta acapkali tidak terjangkau layanan pemerintah.
Sekalipun rekam jejak perempuan ternyata mengagumkan dalam konteks pelunasan kredit, peluang mereka mendapatkan kredit tetap terbatas. Kebanyakan lembaga keuangan menyalurkan kredit ke sektor formal sehingga perempuan umunya tidcak dapat memperoleh pinjaman, sekalipun pinjaman itu sangat kecil. Untuk mengentaskan perempuan dan anak-anak mereka dari kubangan kemiskinan yang mengenaskan itu, sangat diperlukan adanya upaya megintegrasikan perempuan ke dalam arus utama perekonomian. Agar perempuan dapat memperoleh manfaat program-program pembangunan, rnecana kebijakan yang akan diterapkan harus mempertimbangkan keadaan khusus yang dihadapi perempuan.

7.5 Migrasi dan Pembangunan
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, migrasi desa-kota telah berlangsung secara dramatis, dan pengembangan kota memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi. Dampak migrasi terhadap proses pembangunan sebenarnya jauh lebih luas daripada dampaknya atas semakin parahnya pengangguran terbuka dan terselubung di perkotaan.
Kita harus menyadari bahwa ketidakseimbangan antara besarnya jumlah orang-orang yang bermigrasi dan terbatasnya lapangan pekerjaan merupakan gejala keterbelakangan dan juga berkontribusi terhadap keterbelakangan itu. Salah satu tahap sederhana tetapi penting untuk menekankan fenomena migrasi adalah dengan menyadari bahwa setiap kebijakan ekonomi dan sosial yang memengaruhi proses migrasi secara langsung atau tidak langsung.
Jenis migrasi yang paling penting dari sudut pandang pembangunan jangka panjang adalah migrasi desa-kota. Migrasi desa-kota merupakan migrasi yang terpenting dengan adanya potensi manfaat pembangunan dari aktivitas ekonomi kota-kota besar karena ekonomi aglomerasi dan sejumlah faktor lainnya.
Selain perbedaan upah, usia, dan pedidikan—migrasi juga sebagian disebabkan oleh perkawinan; mmengikuti keluarga yang beremigrasi; jarak dan biaya relokasi; terjadinya kelaparan, wabah penyakit, kekerasan, dan bencana lainnya; serta kedudukan atau status relatif dalam komunitas asal, di mana mereka yang menyandang status sosial lebih rendah kemungkinan besar akan bermigrasi.


Teori Ekonomi tentang Migrasi Desa-Kota

            Teori yang menjelaskan hubungan yang tampak bersifat paradoks mengenai adanya akselarasi migrasi desa-kota dalam konteks meningkatnya jumlah pengangguran di perkotaan dikenal sebagai model migrasi Todaro dan bentuk ekuilibriumnya sebagai model harris Todaro.
            Model migrasi Todaro adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwamigrasi desa-kotaadalah proses yang secara ekonomi rasional, terlepas dari tingginya pengangguran di perkotaan. Para Migran berkalkulasi (Dalam nilai sekarang) pendapatan yang diharapkan dari bekerja di kota (Atau ekuivalennya) dan bermigrasi jika pendapatan yang diharapkan dengan bekerja di kota ,melebihi pendapatan rata-rata di pedesaan.
            Model Harris Todaro adalah sebuah versi ekuilibrium berdasarkan model migrasi todaro, yang memprediksi bahwa pendapatan yang diharapkan adalah hasil perbandingan antara sektor pedesaan dan sektor perkotaan ketika ikut memperhitungkan aktivitas sektor informal dan pengangguran terbuka.
            Migrasi desa-kota bukanlah suatu proses yang memperhitungkan perbandingan antara tingkat upah di kota dan di desa seperti yang diungkapkan model kompetitif, melainkan memperhitungkan perbandingan antara pendapatan yang diharapkan di pedesaan dan perkotaan. Pendapatan yang diharapkan di perkotaan memang begitu tinggi karena itu migrasi akan terus berlangsung meski tingkat pengangguran di kota tinggi.
            Model migrasi Todaro memiliki 4 karateristik dasar yaitu
1.      Migrasi didorong pertimbangan ekonomi yang rasional tetapi juga mempertimbangkan aspek psikologis.
2.      Keputusan bermigrasi bergantung kepada selisih/perbedaan antara upah pedesaan dan upah perkotaan.
3.      Lapangan pekerjaan di kota berbandng terbalik dengan tingkat pengangguan di perdesaan
4.      Tingkat pengangguran yang tinggi diperkotaan merupakan akibat dari tidak seimbangnya kawasan ekonomi di desa dan di perkotaan benar.

5 Implikasi Kebijakan

1.      Ketidakseimbangan kesempatan kerja desa kota disebabkan oleh strategi pembangunan yang memiliki bias perkotaan.
2.      Pengadaan lapangan pekerjaan di pekotaan bukanlah solusi yang memadai
3.      Perluasan pendidikan yang dilakukan secara serampangan hanya menambah pengangguran
4.      Subsisi upah dan penetapan harga tradisionil atas faktor yag langka bisa jadi kontra produktif.
5.      Program-program pembangunan pedesaan terpadu harus didorong


Strategi Komprehensif mengenai migrasi dan lapangan kerja
1.      Menciptakan keseimbangan antara ekonomi pedesaan dan ekonomi perkotaan
2.      Memperluas industri skala kecil padat karya
3.      Menghilangkan distorsi harga faktor
4.      Memilih teknologi produksi padat karya yang sesuai
5.      Memodifikasi keterkaitan antara pendidikan dan lapangan kerja
6.       Menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk
7.      Mendesentralisasikan wewenang ke kota-kota dan wilayah sekitarnya

0 komentar:

Posting Komentar