Oleh Kelompok
Arif
Anindita
Maharani
Karina
Ruspratama
Yudha
Ihsan
Maulana
Human Capital: Education and Health in Economic Development
Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, Economic Development, 11th Edition, Ch 8.
Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, Economic Development, 11th Edition, Ch 8.
8. 1. Arti
Penting Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan merupakan dua
hal mendasar dari tujuan pembangunan. Sumber daya manusia merupakan sebuah
modal yang melekat asli pada diri manusia, tidak seperti modal yang sifatnya
eksternal, sehingga pendidikan dan kesehatan bisa dipandang sebagai komponen
pertumbuhan dan pembangunan yang vital, karena menyangkut hal yang melekat pada
diri manusia itu sendiri.
Pada negara berkembang, distribusi
pendidikan dan kesehatan sama pentingnya dengan distribusi pendapatan. Bagi
sebagian orang yang beruntung, mereka akan mendapatkan kesehatan dan pendidikan
yang cukup tinggi, sedangkan yang miskin tidak mendapatkan akses kepada dua hal
terseut.
Pendidikan
dan Kesehatan sebagai Investasi Gabungan bagi Pembangunan
Semakin besar modal kesehatan yang
semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi di bidang
pendidikan. Karena, semakin sehat manusia, maka pastisipasi kehadiran akan
pendidikan akan semakin tinggi, sehingga akan meningkatkan investasi di bidang
yang terus berkembang dikarenakan adanya partisipasi yang tinggi dalam
pendidikan.
Semakin besar modal pendidikan dapat
meningkatkan pengembalian atas investasi di bidang kesehatan. Karena,
pendidikan identik dengan peningkatan keahlian, sehingga semakin tinggi
investasi di bidang pendidikan akan menyebabkan pekerja akan mempunyai
kemampuan yang lebih, sehingga akan meningkatkan taraf kesehatan yang bisa
menaikkan investasi di bidang kesehatan.
Peningkatan
Kesehatan dan Pendidikan: Mengapa Peningkatan Pendapatan Saja Tidak Cukup
Tingginya pendapatan secara logika
akan bisa meningkatkan tingkat pendidikan dan kesehatan pada seseorang
tersebut. Tapi, ada banyak bukti yang membuktikan bahwa meningkatnya pendapatan
tidak dibarengi dengan meningkatkan tingkat kesehatan ataupun pendidikan, hal
ini dikarenakan banyak pendapatan tambahan digunakan untuk konsumsi selain
makanan yang bernutrisi dan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan dan
kesehatan haruslah menjadi focus utama dari pembangunan.
Berikutnya, kesehatan dan pendidikan
juga mempunyai kaitan yang erat. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu,
kesehatan anaknya akan lebih terjamin. Dikarenakan tingginya tingkat pendidikan
akan menyebabkan seorang ibu mendapatkan informasi yang mutakhir tentang
nutrisi dan kesehatan anaknya.
Setelah mengetahui pentingnya hubungan
antara kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, maka pemerintah juga bertanggung
jawab utama dari pemerintah. Karena pendapatan tidak menjadi hal yang paling
penting, tapi kesehatan dan pendidikan juga sangat penting, mengingat tidak
semua masyarakat mendapatkan akses terhadap kedua fasilitas tersebut.
8. 2.
Berinvestasi dalam Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan Modal Manusia
Modal manusia meliputi pendidikan,
kesehatan, dan kapasitas manusia lainnya yang jika diingkatkan dapat
meningkatkan produktivitas. Peningkatan pada faktor-faktor tersebut akan
membuat modal manusia yang melekat pada dirinya akan semakin tinggi. Tetapi,
peningkatan tersebut tidak berarti pasti menguntungkan, tappi juga bisa membawa
trade off atau masalah baig manusia itu sendiri.
Secara umum, menuntut ilmu di jenjang
yang lebih tinggi pasti akan mengorbankan waktu. Padahal waktu tersebut bisa
digunakan untuk mencari uang langsung. Tapi, dengan meningkatnya tingkat
pendidikan, akan meningkatkan tingkat pendapatan juga, sehingga manusia dalam
hal ini harus memilih, akan menggunakan waktunya untuk langsung mencari uang,
atau mengorbankan waktunya untuk pergi ke jenjang yang lebih tinggi yang akan
meningkatkan pendapatan di masa depan. Tetapi pada umumnya dengan bersabar untuk
menuntut ilmu yang lebih tinggi akan membawa keuntungan total yang lebih tinggi
pula. Secara formal, keuntungan pendapatan yang diperoleh oleh seseorang dapat
ditulis sebagai berikut:
Et = Pendapatan dengan pendidikan
tambahan
N = Pendapatan tanpa pendidikan
tambahan
t = Tahun
i = tingkat diskonto
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara umum meningkatkan pendidikan dengan mengorbankan waktu yang bisa
digunakan untuk mendapatkan uang, secara rata-rata akan lebih menguntungkan
dibandingkan langsung bekerja.
8.3 Pekerja Anak
Pekerja anak merupakan masalah yang
tersebar luas di seluruh negara berkembang. Jika seorang anak berusia di bawah
15 tahun bekerja, sekolah mereka akan terganggu atau bahkan tidak sekolah sama
sekali, kesehatan mereka akan terganggu, dan pertumbuhan fisik mereka akan
terhambat. International Labor Office, yang mana merupakan sebuah badan PBB
yang memerankan peran penting dalam isu pekerja anak, mengemukakan bahwa pada
tahun 2008 terdapat 306 juta anak di rentang usia 5 sampai 17 tahun melakukan
jenis pekerjaan tertentu dan 215 juta anak diantaranya digolongkan sebagai
pekerja anak karena masih berada dibawah umur namun melakukan pekerjaan yang
dapat mengancam kesehatan, keselamatan, ataupun moral mereka.
Dalam model pekerja anak, kita membuat
dua asumsi penting. Pertama, rumah tangga yang berpendapatan cukup tinggi tidak
mungkin menyuruh anaknya bekerja. Kedua, pekerja anak dan pekerja dewasa saling
mensubtitusi.bahkan, anak anak tidak seproduktif orang dewasa, dan orang dewasa
dapat melakukan pekerjaan apapun yang dapat dilakukan anak-anak. Pernyataan
diatas bukanlah merupakan asumsi, melainkan temuan di di banyak setudi pada
berbagai negara mengenai produktivitas pekerja anak.
Lantas, apa cara efektif yang dapat dilakukan
untuk mengurangi jumlah dari pekerja anak? Dalam konteks ini, terdapat
pendekatan-pendekatan yang dominan dilakukan dalam kebijakan internasional.
Adapaun keempat pendekatan utama dalam perumusan kebijakan pembangunan, ialah:
·
Menyadari bahwa pekerja anak merupakan
cerminan kemiskinan, sehingga merekomendasikan fokus pada upaya penanggulangan
kemiskinan.
·
Mengedepankan penerapan strategi yang dapat
menarik anak-anak ke sekolah yang mencangkup perluasan pengadaan unit sekolah
baru, dan bantuan tunai bersyarat agar para orang tua terdorong untuk
menyekolahkan anak-anak mereka.
·
Memandang bahwa pekerja anak tidak dapat
dihindari, setidaknya dalam jangka pendek, dan mengedepankan cara-cara untuk
meringankannya, seperti melalui pengaturan yang dapat mencegah penganiaaan dan
penyediaan layanan pendukung bagi anak-anak bekerja.
·
Mendukung pelarangan pekerja anak, namun
apabila tidak dapat dilakukan karena masalah ekuilibrium jamak, pendekatan ini
akan dilunakkan dengan hanya melarang aktivitas pekerjaan anak yang paling
buruk. (paling sering diasosiasikan dengan ILO).
8.4 Kesenjangan Gender: Diskriminasi dalam Pendidikan dan
Kesehatan
Kesenjangan gender dalam pendidikan
kerap terjadi di banyak negara berkembang, karena perempuan muda menerima
pendidikan lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki muda. Sebagian besar
orang yang buta aksara, merupakan perempuan. Kesenjangan gender dalam
pendidikan yang sangat besar terjadi di negara-negara kurang berkembang di
Afrika dan relatif besar pula di India.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi
kesenjangan tersebut, melalui peningkatan pendidikan bagi perempuan karena akan
mempertinggi tingkat produktivitas, menghasilkan partisipasi angkatan kerja
yang lebih besar, penundaan pernikahan, penurunan tingkat fertilitas, dan peningkatan
kesehatan pada asupan anak.
Kesenjangan gender dalam kesehatan
kerap terjadi pada negara berkembang, seperti diskriminasi perawatan bagi
perempuan. Sejumlah studi menyatakan bahwa membawa anak laki-laki ke rumah
sakit akan lebih mudah daripada membawa anak perempuan.
8.5 Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Hubungan antara kesempatan kerja dan
permintaan akan pendidikan
·
Tingkat pendidikan yang akan dienyam oleh
sesorang meskipun banyak dipengaruhi banyak faktor, namun secara garis beras
hampir sama halnya dengan permintaan dan penawaran pada pasar komoditas dan
jasa.
Permintaan akan pendidikan merupakan
permintaan turunan (derived demand) yakni keinginan individu untuk memperoleh
penghasilan yang lebih tinggi dengan cara mengenyam pendidikan setinggi
mungkin.
Dari segi permintaan ada dua prinsip
yang memengaruhi :
·
Harapan bagi siswa yang mengenyam pendidikan
untuk memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi dan mendapat manfaat
secara individual bagi siswa maupun keluarganya (private benefits of
education).
·
Biaya pendidikan yang harus ditanggung, baik
biaya langsung maupun tidak langsung.
Dari segi penawaran :
·
Kuantitas penawaran akan pendidikan seringkali
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan politik yang tidak ada kaitannya
dengan pendidikan. Pada akhirnya tingkat penawaran akan pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah menyediakan fasilitas untuk pendidikan
karena adanya kendala alokasi anggaran yang dimiliki pemerintah untuk
pendidikan.
Empat
variabel yang memengaruhi permintaan akan pendidikan
·
Selisih atau diferensiasi upah dan/atau
penghasilan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan
·
Probabilitas atau kemungkinan memperoleh
pekerjaan dengan sarana pendidikan
·
Biaya langsung yang ditanggung oleh individu
atau keluarganya
·
Biaya tidak langsung atau biaya oportunitas
dari pendidikan
Kondisi-kondisi yang ada sekarang pada
negara berkembang membuat kita berasumsi bahwa permintaan atas pendidikan
tinggi akan meningkat. Hal tersebut terjadi karena tenaga kerja dengan kualitas
pendidikan lebih tinggi akan lebih dicari dibandingkan yang berpendidikan
rendah. Permintaan akan pendidikan yang lebih tinggi akan terus meningkat
karena peluang tenaga kerja dengan pendidikan rendah akan digeser oleh individu
dengan pendidikan yang lebih tinggi.
Negara-negara berkembang terus menerus
menperluas fasilitas pendidikan secara ekstrim tanpa mempertimbangkan aspek
finansial dan sosial. Adanya sertifikasi
pendidikan atau pengutamaan ijazah yang menyebabkan masyarakat golongan miskin
sulit mendapatkan pendidikan yang baik.
Manfaat dan Biaya Sosial versus Manfaat dan Biaya Individual
Biaya sosial pendidikan adalah biaya
yang harus ditanggung oleh masyarakat seluruhnya sebagai akibat memenuhi
permintaan akan perluasan pendidikan dan semakin meningkat seiring dengan
tingginya jenjang pendidikan. Biaya pendidikan inividual adalah biaya yang
harus ditanggung oleh individu ataupun keluarganya untuk memperoleh pendidikan
dan biaya tersebut akan meningkat secara perlahan atau bahkan menurun.
Manfaat dan biaya individual
·
Selalu bertambah seiring dengan jenjang
pendidikan yang semakin tinggi. Jadi, meskipun biaya yang dikeluarkan indvidu
semakin tinggi karena tingginya jenjang pendidikan yang diikuti, tetap akan
memperoleh manfaat yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan.
Manfaat dan biaya sosial
·
Pada awalnya (pendidikan dasar) memberikan
manfaat sosial yang besar karena proses tersebut mengajarkan
kemampuan-kemampuan dasar seperti membaca, menulis, menghitung, dan kemampuan
dasar lainnya.
·
Kurva biaya sosial akan melampaui manfaatnya
ketika memasuki jenjang pendidikan menengah dan tinggi. Kurva biaya sosial akan
meningkat signifikan karena mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan
menengah dan tinggi. Namun kondisi yang terjadi adalah masyarakat terus dipacu
untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin tanpa mempertimbangkan kemungkinan
pengangguran atau langkanya lapangan pekerjaan meskipun telah memiliki gelar
pendidikan yang tinggi. Hal ini didukung pula oleh kebijakan-kebijakan yang
tidak tepat oleh pemerintah.
Perluasan pendidikan juga memengaruhi
perekonomian secara agregat ;
1. Terciptanya
angkatan kerja yang produktif karena memilki bekal pengetahuan dan keterampilan
yang baik.
2.
Tersedianya kesempatan kerja bagi jasa dan komoditas
lain yang mendukung terselenggaranya pendidikan
3.
Terciptanya kelompok terdidik yang memiliki
pengetahuan yang baik untuk mengisi lowongan yang ada, baik lembaga
pemerintahan, publik, atau swasta.
4. Tersedianya program-program pelatihan dan
pendidikan yang akan mendorong pembangunan dan modernisasi dalam setiap lapisan
masyarakat.
8.6 Distribusi Pendidikan
Seperti kurva lorenz, kita dapat juga
membuat model kurva lorenz untuk distribusi pendidikan. Ketidakmerataan
pendidikan cenderung menurun ketika rata-rata waktu untuk memperoleh pendidikan
meningkat. Kualitas pendidikan di negara
dengan pendapatan yang lebih besar cenderung lebih baik dibandingkan dengan
negara berpendapatan rendah. Penelitian oleh Jere Behrman dan Nancy Birdsall
menunjukkan bahwa yang menjadi penentu produktivitas dan perbedaan pendapatan
adalah kualitas pendidikan (fasilitas, kurikulum, dan tenaga pendidik) bukan
hanya kuantitasnya saja.
Pendidikan, Ketimpangan Pendapatan, dan Kemiskinan.
Studi menunjukkan bahwa sistem pendidikan
yang ada di berbagai negara berkembang terkadang bukannya mengurangi
ketimpangan, tetapi justru memperburuk ketimpangan. Biaya individu untuk pendidikan dasar bagi penduduk dengan
pendapatan rendah secara relatif lebih mahal dibandingkan dengan penduduk
dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi. Manfaat individu untuk keluarga miskin lebih kecil dibandingkan
biaya yang harus ditanggung. Dengan biaya oportunitas, mereka akan memilih
untuk mempekerjakan anaknya dibandingkan menyekolahkannya. Dengan memanfaatkan
tenaga kerja anaknya, keluarga tersebut mungkin akan mendapat penghasilan yang
lebih dan mengurangi biaya untuk menyekolahkan anaknya. Pendidikan tinggi diisi
oleh individu-individu dengan pendapatan yang tinggi. Padahal pendidikan tinggi
disubsidi lebih besar oleh pemerintah. Jadi, penduduk dengan pendapatan rendah
tidak menikmati subsidi yang seharusnya dinikmati.
Pendidikan, Migrasi Internal, dan Pengurasan Intelektual.
Pendidikan merupakan salah satu faktor
pendorong migrasi internal. Studi menyebutkan bahwa adanya korelasi positif
antara pencapaian taraf pendidikan sesrang dengan besar-kecilnya kecenderungan
orang untuk bermigrasi.
Migrasi yang dilakukan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan untuk mencari upah atau yang lebih
tinggi diperkotaan dengan menawarkan pendidikan yang telah diemban sebelumnya.
Namun, yang sering terjadi adalah penduduk pedesaan tanpa modal pendidikan
tetap mengadu nasib dengan harapan memperoleh gaji atau upah yang tinggi.
sementara saingan yang ada sudah memiliki gelar pendidikan yang lebih tinggi,
hal tersebut tentu saja akan menambah pengangguran diperkotaan dan memperluas
daerah kumuh di perkotaan.
Individu-individu profesional seperti akademisi, teknisi, ilmuwan, dan
lain-lain yang telah menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi justru
bermigrasi ke luar negeri dengan harapan mencari pekerjaan yang lebih baik.
Padahal seharusnya bisa membangun daerah sendiri yang mungkin masih jauh dari
keadaan sejahtera. Hal ini biasa disebut pengurasan intelektual. Pemicu dari
pengurasan intelektual ini biasanya terjadi karena buruknya fasilitas di negara
sendiri.
Sistem Kesehatan dan Pembangunan
Pengertian kesehatan menurut World
Health Organization (WHO) adalah sebuah kondisi kesejahteraan fisik, mental,
serta sosial, dan bukan sekadar bebas penyakit serta kelemahan fisik.
8.7 Beban
penyakit
Negara
maju lebih mudah mengatasi masalah penyakit daripada negara berkembang. Negara
berkembang memiliki beban lebih berat untuk mengatasi masalah penyakit. Salah
satu penyakit yang sesngguhnya dialami yaitu penyakit kemiskinan. Kemiskinan
dapat menjadikan orang rentan terhadap gangguan penyakit. Ada banyak penyakit
yang bisa membunuh manusia. Terlebih jika penyakit tersebut berkombinasi dengan
penyakit lainnya maka dapat menyebabkan kematian. Ada tiga penyakit tama yang menghantui negara
berkembang. Tiga penyakit tersebut yaitu AIDS, Malatia, dan cacing parasit.
·
AIDS : Penyakit ini jga merupakan pembunuh
unggulan. AIDS mengancam untuk
menghentikan atau bahkan membalikan kemajuan perkembangan ekonomi dan manusia.
Di negara berpendapatan rendah rata-rata kemungkinan bertahan hidup yaitu
dibawah satu tahun.
·
Malaria telah menyebabkan kematian sebanyak 1
juta orang setiap tahun. Sebagian besar yang menderita malaria yaitu anak-anak
dari keluarga miskin afrika. Salah satu cara yang dapat ditempuh yaitu
menggnakan vaksin. Tetapi karena korban malaria cenderung dari negara
berpendapatan rendah maka sangat berat untuk membeli vaksin dengan harga yang
tinggi.
·
Cacing parasit dan penyakit tropis terabaikan.
Banyak tantangan kesehatan di negara berkembang. Salah satunya yaitu dari
cacing parasit. Penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit ini menjangkiti
sekitar 2 miliar orang dan 300 juta diantaraya menderita parah.
Manfaat
dari meluasnya dukungan terhadap program-program kesehatan lainnya selain HIV/AIDS , mencakup nutrisi bagi anak-anak
dan penyakit tropis terabaikan, sangat tinggi. Dari dukungan yang sangat tinggi
tersebut muncul sebuah sinergi yang kuat. Dengan sinergi yang kuat maka akan
terbentuk kebiasaan untuk meningkatkan kualitas hidup.
8.8 Kesehatan, Produktivitas, dan
Kebijakan
Produktivitas:
Orang yang sehat akan memperoleh upah lebih tinggi. Jika seseorang sehat maka
tingkat produktivitasnya bisa sempurna. Lebih tinggi produktivitasnya
memungkinkan mereka untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Kesehatan dan
nutrisi mempengaruhi lapangan kerja, produktifitas dan upah.
Kebijakan
sistem kesehatan: Sistem kesehatan merupakan semua aktifitas yang tujuan
utamanya meningkatkan, memulihkan, dan mempertahankan kesehatan.
Lima
indikator kinerja untuk mengukur sistem kesehatan:
1.
Tingkat kesehatan hidup penduduk secara
menyeluruh
2.
Ketimpangan kesehatan dalam poplasi
3.
Tanggapan sistem kesehatan
4.
Distribusi tanggapan di dalam populasi
5.
Tingkat distribusi atau keadilan dari biaya
sistem kesehatan di dalam populasi.
Pelaksanaan
program kesehatan masyarakat secara formal telah melakukan peran penting di
negara berkembang. Akan tetapi kebijakan ini sering menguntukan para
orang-orang kaya dan memiliki koneksi yang baik. Sering kali juga disalah
gunakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Jika kebijakan sistem kesehatan dapat
berjalan dengan baik dan tepat sasaran maka pembangunan ekonomi bisa berjalan
dengan baik seiring dengan kebijakan yang tepat sasaran.
0 komentar:
Posting Komentar