Oleh
Kelompok 1
Fulki Anwar
Fathia Maryam Perdata
Eggi Putranda Dewono
Introducing Economic Development: A Global
Perspective
1.1 Bagaimana Kehidupan Penduduk Bumi
Setiap harinya, masyarakat di seluruh penjuru dunia
ini hidup dengan kondisi yang serba berlainan satu sama lain. Separuh penduduk
dunia hidup serba berkecukupan, sementara yang lainnya hidup serba kekurangan
di planet Bumi yang jumlah penduduknya sekitar 7 miliar penduduk. 40% dari
jumlah penduduk di Bumi hidup dengan pendapatan per kapita di bawah $2 per
hari, salah satu ciri dari kemiskinan absolut, situasi dimana seseorang
tidak dapat memenuhi standar hidup minimal. Komparasi dari belahan dunia di
bawah ini dapat menjelaskan situasi yang timpang dalam pembangunan.
Di Amerika Utara, kita dapat
melihat bahwa kebanyakan keluarga yang hidup di sana memiliki keluarga inti
beranggotakan 4 orang. Mereka memiliki sumber penghidupan yang layak dengan
penghasilan tahunan sekitar $50.000. Selain itu sumber hiburan di sana relatif
berlimpah. Ini merupakan salah satu ciri keluarga yang hidup di negara yang
kaya di Bumi ini. Di daerah Asia Selatan, kita
dapat melihat bahwa anggota keluarga inti di sana berjumlah 8 orang atau lebih.
Mereka hidup dalam suasana yang keras dengan penghasilan tahunan sekitar $250
sampai $300. Satu-satunya hiburan hanyalah kegiatan spiritual agama saja.
Di Amerika Latin, pembangunan
berjalan secara timpang. Rumah-rumah elit banyak berdiri di wilayah kota,
dengan keadaan serba berkecukupan. Sementara di wilayah lainnya, yang relatif
berseberangan di pinggir pantai, merupakan favela (pemukiman kumuh) yang
terlihat reyot, kumuh, dan berimpitan.
Di daerah timur Afrika,
kemiskinan tersebar secara merata. Penghasilan per kapita sangat sedikit dan
serba berkekurangan. Keluarga di sana memproduksi berbagai kebutuhan untuk
digunakan oleh dirinya sendiri (disebut juga ekonomi subsiten).
Pembangunan baru sekedar wacana, yakni dengan membangun akses jalan ke dunia
luar.
Jika melihat kenyataan di
atas, kita jadi bertanya apa yang harus dilakukan untuk mengangkat derajat
pembangunan agar menjadi lebih baik lagi. Kita harus dapat memicu kemajuan di negara
sedang berkembang. Hanya saja, proses kemajuan yang dialami oleh negara-negara sedang berkembang
(developing countries) tidak dapat dianalisis secara realistis tanpa
mempertimbangkan peranan negara-negara maju yang membantu ataupun menghambat,
secara langsung ataupun tidak langsung, proses kemajuan tersebut.
1.2 Ekonomika
dan Studi Pembangunan
Studi ekonomika pembangunan adalah salah satu cabang
ilmu ekonomi yang dikembangkan oleh Adam Smith sebagai “ahli ilmu ekonomi
pembangunan” yang pertama, seiring penerbitan bukunya Wealth of Nations
pada tahun 1776. Kemudian ilmu ini mulai menyebar ke Afrika, Asia, dan Amerika
Latin mulai sekitar lima dasawarsa yang lalu. Ilmu ini sendiri dari waktu ke
waktu telah mengembangkan identitas analitis & metodologis guna meneliti
keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan.
Ada dua (2) hakikat ilmu ekonomi
pembangunan, yakni :
1 . Ekonomika
Tradisional
Berpusat
pada alokasi termurah dan terefisien atas segenap sumber daya yang langka serta
memanfaatkan pertumbuhan optimal sumber-sumber daya dari-waktu-ke-waktu agar
memberikan hasil output berupa barang dan jasa sebanyak-banyaknya. Ilmu ini
juga membahas dunia ekonomi kapitalis seperti pasar, harga, keseimbangan
konsumen, dan lain-lain. Asumsi dari ilmu ini adalah “rasionalitas”, orientasi
materialistis, dan sifat individualistis.
2 . Ekonomika
Politik
Pada
dasarnya, ilmu ini membahas kaitan antara ilmu politik dan ilmu ekonomi, dengan
perhatian utama pada peranan kekuasan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Ilmu
ekonomi pembangunan mencakup semua unsur ekonomi, politik, dan budaya, yang
diperlukan dalam mendukung transformasi struktural dan kelembagaan dari seluruh
masyarakat dalam rangka menghasilkan serentetan kemajuan ekonomi yang
benar-benar bermanfaat (melalui proses yang efisien) bagi penduduk pada umumnya.
Tujuan besar dari ekonomika pembangunan adalah membantu kita mengerti kondisi
negara berkembang demi memudahkan upaya perbaikan
standar hidup bagi mayoritas penduduk dunia.
Pada dasarnya, ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial.
Ilmu ini berpegang teguh pada nilai dimana ia adalah pijakan dalam menentukan
baik atau buruk. Sehingga, pilar ilmu ekonomi adalah pemahaman mengenai
pemikiran-pemikiran dasar (premis) bersifat etis dan normatif yang disebut premis-premis
nilai (value premises) tentang apa yang diinginkan maupun tidak
diinginkan.
Perekonomian sebagai sistem sosial hendaknya tidak
dianggap sebagai ilmu ekonomi yang sederhana. Ilmu dan sistem ekonomi perlu
dianalisis dan diletakkan dalam konteks sistem sosial secara keseluruhan dari
negara dan dalam konteks global/internasional. Kita hendaknya lebih
memperhatikan variabel-varianel non ekonomi yang menjadi dasar penelitian
perekonomian sosial. Kegagalan pembangunan di Dunia Ketiga disebabkan oleh
terabaikannya variabel-variabel non ekonomi yang sebetulnya sangat penting
untuk dikaji. Dalam keseluruhan proses pembangunan, baik domestik maupun
internasional, peranan dan arti penting dari tata nilai, sikap, dan faktor
kelembagaan (value, attitude, dan institution) harus tetap
dipertimbangkan dan ditelaah dengan seksama.
1.3 Apa
yang dimaksud dengan Pembangunan?
Dalam pengertian ekonomi tradisional, pembangunan
diartikan sebagai tercapainya pertumbuhan pendapatan per kapita yang tinggi
agar negara dapat mengembangkan output lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah
penduduk. Kemudian digunakan ukuran Gross National Income (GNI) untuk mengukur
berapa banyak jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk konsumsi dan investasi
masyarakat. Pada zaman dahulu, sektor pertanian sering digunakan sebagai
indikator keberhasilan pembangunan, disamping sektor penbangunan dan
perindustrian. Dalam perkembangannya, Gross Domestic Product (GDP) mulai
digunakan sebagai pengukur keberhasilan pembangunan dalam beberapa tahun
belakangan ini.
Namun, tidak selamanya ukuran pertumbuhan ekonomi
dapat dijadikan sebagai acuan keberhasilan pembangunan. Pada tahun 1960-an,
banyak negara berkembang telah mencapai target pertumbuhan ekonomi, namun gagal
mengurangi angka kemiskinan yang semakin merajalela. Singkat kata, pada tahun
1970-an, ahli ekonomi mulai berkonsentrasi pada upaya pembangunan manusia
dengan cara memberantas kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang semakin
banyak jumlahnya. “Redistribusi untuk Pertumbuhan” telah menjadi slogan umum
saat itu.
Pada tahun 1980-1990, situasi justru makin
memburuk akibat dari menurunnya nilai GNI ke arah negatif di negara berkembang,
sedangkan pemerintah menghadapi utang luar negeri yang semakin menumpuk,
mengakibatkan berkurangnya anggaran untuk kegiatan ekonomi dan sosial. Pada
tahun 2000-an, pertumbuhan meningkat pesat tetapi kemiskinan masih menjadi
kendala utama dalam pembangunan. Dari hal ini, dapat dipahami bahwa pembangunan
adalah masalah multidimensional dengan menyertakan perubahan pada struktur sosial,
perilaku sosial, dan lembaga nasional, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi,
juga berkurangnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan.
Pembangunan memiliki tiga (3) nilai
inti, diantaranya:
1 . Kemampuan
untuk Memenuhi Bahan Pokok.
2 . Rasa
Harga Diri.
3 . Kebebasan
dari Perbudakan.
Pembangunan adalah realitas fisik
dan sikap pandang. Pembangunan harus memiliki tiga sasaran,
yakni:
.1. Meningkatkan ketersediaan dan memperuas
distribusi barang kebutuhan pokok, seperti makanan, kesehatan, dan
perlindungan.
2.
Meningkatkan derajat hidup, termasuk
meningkatkan pendapatan, pendidikan yang lebih baik, dan lapangan kerja.
3.
Memperluas jarak ekonomi dan pilihan sosial.
1.4 The
Millennium Development Goals
The Millenium Development Goals (MDGs)
adalah sebuah perjanjian percepatan pembangunan yang dibuat di Amerika Serikat
oleh 189 negara pada bulan September 2000. Tujuan utama dari program ini adalah
untuk menghapus kemiskinan. Secara lebih lengkap tujuan itu adalah sebagai
berikut:
1.
Membasmi kemiskinan dan kelaparan.
2.
Meraih pendidikan primer universal.
3.
Mempromosikan persamaan gender dan membela kaum perempuan.
4.
Mengurangi kematian anak.
5.
Meningkatkan kesehatan ibu hamil
6.
Memberantas HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya.
7.
Memastikan pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan.
8.
Mengembangkan kerjasama global untuk pembangunan.
Masing-masing tujuan memiliki target tersendiri
secara spesifik dan diharapkan semua tujuan tersebut sudah tercapai pada tahun
2015 nanti.
1.5 Kesimpulan
Ekonomi Pembangunan mencakup ilmu ekonomi
tradisional dan ilmu ekonomi politik. Dari pernyataan ini, ekonomi pembangunan
fokus pada mekanisme ekonomi, sosial, dan lembaga nasional untuk membuat
perubahan besar pada standar hidup dan derajat kaum masyarakat miskin di negara
berkembang.
Sebagai ilmu sosial, ekonomika terkait
dengan masyarakat dan bagaimana memberi mereka sarana untuk pengembangan diri
demi kebaikan. Tentunya hal ini terkait dengan nilai yang telah dianut. Nilai
dari pembangunan sendiri adalah nilai kebaikan (negara berkembang) dan nilai
buruk (negara belum berkembang)
Masalah sentral ekonomi modern mencakup masalah
tradisional mengenai apa, mengapa, dan untuk siapa barang dan jasa dibuat. Lalu,
pada level nasional, masalah berkembang menjadi siapa yang membuat kebijakan
pembangunan dan siapa pula yang akan mendapat manfaat dari kebijakan tersebut.
Pada akhirnya, pada level internasional, masalah akan bekembang lagi pada
negara apa dan kelompok negara apa yang memiliki kekuatan besar dalam
mengimplementasikan pembangunan?
Program Millenium Development Goals akan menjadi
sebuah tonngak sejarah awal pada proses pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi
program ini masih perlu penyesuaian kembali mengingat masih ada program yang
belum berjalan sesuai target dan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar