11
Waralaba Asing Siap Masuk Indonesia
Jumat, 30 Maret 2012
JAKARTA,
KOMPAS. Stabilitas perekonomian
dan membaiknya ekonomi masyarakat menjadikan Indonesia sebagai pasar menarik
bagi bisnis waralaba. Karena itu, waralaba asing terus berdatangan. Untuk
mengantisipasinya, pemerintah sedang menggodok aturan soal waralaba asing.
Sebelas waralaba asing yang
dibawa oleh AS Louken, Kamis (29/3/2012), memaparkan potensi bisnisnya. Mereka
adalah Bonia (Singapura), Li-ning (China), Berrylite Frozen Yogurt (Singapura),
C House (Italia), Country Chicken (Australia), Gogo Franks (Singapura), Love
& Co (Singapura), Mother En Vogue (Singapura), Pho Hoa (Amerika Serikat),
Physio Asia Therapy Centre (Singapura), dan Skin Inc (Singapura). Beberapa
bulan lalu, puluhan waralaba AS juga datang ke Indonesia dan menyatakan niatnya
untuk mencari partner lokal dan berinvestasi.
Country Manager AS Louken
Indonesia Danny Anthonius mengatakan, kehadiran 11 waralaba tersebut menjadi
kesempatan baru bagi pebisnis lokal. ”Kami siap bekerja sama dengan merek-merek
lokal. Kami ingin berkontribusi bagi Indonesia, baik membawa merek asing masuk
maupun sebaliknya,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua
Komite Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Waralaba dan Lisensi Amir
Karamoy mengatakan, saat ini pemerintah sedang menggodok aturan terkait dengan
waralaba asing. ”Aturan tersebut diharapkan bisa mengakomodasi semua
kepentingan terkait,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri
Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, aturan baru terkait dengan waralaba
asing dibuat untuk memastikan keberadaan mereka bermanfaat bagi Indonesia.
”Tanpa aturan tegas, mereka bisa menggusur ekonomi lokal,” katanya. Waralaba
diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2008. Tahun 2012
diprediksi akan masuk 100 waralaba asing ke Indonesia. Sampai tahun 2011
tercatat ada 400 waralaba asing yang sudah beroperasi di Indonesia. Dari
sekitar Rp 114 triliun omzet waralaba tahun 2011, sekitar 60 persen di
antaranya berasal dari waralaba asing.
Menurut pakar perdagangan
internasional dari Institut Pertanian Bogor, Rina Octaviani, di Bogor, Jawa
Barat, masuknya industri waralaba ke Indonesia sangat menguntungkan konsumen.
Dalam jangka pendek, pertumbuhan konsumsi yang tinggi bagus. Namun, kalau
pertumbuhan konsumsi tidak dibarengi dengan peningkatan investasi, terutama
untuk industri, justru itu akan mendorong inflasi. (ENY/MAS) Sumber :Kompas Cetak
Analisis:
Menganalisis
jumlah omzet dari waralaba tahun 2011, sekitar 60 persen berasal dari waralaba
asing merupakan tamparan bagi bangsa Indonesia, bagaimana tidak pemerintah yang
ingin menuntaskan pengangguran tapi memilih alternatife yang kurang tepat. Saya
akui dengan munculnya waralaba tentu akan membuka peluang bagi masyarakat untuk
bekerja, akan tetapi hal yang perlu digarisbawahi adalah membuka kran waralaba
asing akan berdampak pada tergusurnya industri local yang saat ini baru
berkembang. Industri yang ada di Indonesia pada saat ini umumnya industri yang
belum mampu bersaing dengan industri asing yang notabanenya sudah jauh lebih
efisien, karena industri asing sudah efisien maka hargapun menjadi acuan dalam
pengambilan strategi bisnis.
Melihat
analisis yang dilakukan oleh pakar perdagangan internasional dari Institut
Pertanian Bogor, Rina Octaviani, yang menyatakan bahwa masuknya industri
waralaba ke Indonesia sangat menguntungkan konsumen. Ini perlu kita kaji lebih
dalam, yang menjadi pertanyaan kita adalah menguntungkan konsumen dalam hal
apa? Dari segi geografis sebagaian konsumen diuntungkan karena tidak perlu
mengeluarkan biaya transportasi untuk memperoleh barang yang diinginkan dalam
pemenuhan utilitasnya, tapi kita harus menyadari bahwa konsumen di Indonesia
telah dibrainwash otaknya dalam melakukan pembelian (masyarakat dibuat menjadi
tergantung akan produk-produk tertentu). Sehingga dengan tingkat harga
berapapun masyarakat akan membeli barang itu, padahal kita tidak mengetahui
berapa margin yang diambil oleh perusahaan yang menjual barang tersebut.
Saya
yakin berdatangannya waralaba asing di Indonesia merupakan indikasi bahwa
pertumbuhan ekonomi baik, terbukti sampai tahun 2011 tercatat ada 400 waralaba
asing yang sudah beroperasi di Indonesia. Di lain pihak, jumlah yang besar ini
mendeskripsikan lemahnya industri yang ada di dalam negeri, kita belum mampu
menciptakan industri yang bisa bersaing dengan industri asing. Hal ini juga
dimanfaatkan oleh waralaba asing dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia
yang telah dikenal sebagai konsumen yang impulsive buyer, hal ini sulit untuk
dihindari.
Menurut
saya solusi yang bisa dilakuakn oleh pemerintah adalah membangun iklim usaha
yang kondusif bagi masyarakat Indonesia yang ingin bersaiang dengan industri
asing, adanya keberpihakan pemerintah dengan tidak melupakan unsur-unsur etika
dan persaingan usaha yang sehat dan pemerintah harus bersikap tegas, jika ada
pelaku usaha yang kiranya merugikan konsumen Indonesia, jangan hanya terbuai
dengan alasan peningkatan kesemapatan kerja, peningkatan jumlah pajak yang
diterima oleh pemerintah. Tapi harus bisa mengrahkan kearah yang tidak
merugikan bangsa ini (menjadi wasit, pemain dan pemenang di negeri sendiri).
0 komentar:
Posting Komentar