Kamis, 11 September 2014



Oleh kelompok 4

Adella Noviana A
Khoirul Anwar
Luthfan Fauzan
Sundari Ratnaningrum
 


Model Kontemporer Pembangunan dan Keterbelakangan
 Michael P. Todaro and Stephen C. Smith, Economic Development, 11th Edition, Ch 4.

4.1 Keterbelakangan sebagai Kegagalan Koordinasi
                        Pada awal tahun di abad ke-21 mengedepankan komplementaritas sebagai salah satu syarat bagi pembangunan yang berhasil. Komplementaritas adalah tindakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pekerja, atau organisasi yang memperkuat dorongan bagi agen lain untuk melakukan tindakan serupa. Komplementaritas sering mencakup investasi yang hasilnya bergantung pada investasi yang dilakukan para agen perekonomian lainnya.
Namun, bisa saja terjadi kegagalan koordinasi , secara sederhana kegagalan koordinasi adalah suatu keadaaan ketidakmampuan para agen untuk mengkoordinasikan perilaku mereka sehingga menimbulkan hasil equilibrium yang membuat semua agen berada dalam keadaan lebih buruk dibanding dengan situasi lain yang juga merupakan equilibrium.
Kegagalan koordinasi yang timbul karena tidak adanya komplementaritas mendorong kebijakan permerintah untuk melakukan intervens yang lebih besar yang dapat menggerakkan perekonomian menuju ekuilibrium yang lebih baik atau bahkan kearah ringkat pertumbuhan permanen yang tinggi. Sebagai contoh, apabila suatu dorongan besar telah dilakukan, maka koordinasi pemerintah tidak lagi diperlukan.
Masalah koordinasi dapat membuat suatu perekonomian berada dalam ekuilibrium yang buruk, yaitu berada pada tingkatan atau pertumbuhan rata-rata menengah, atau sekelompok warganya terperangkap pada kemiskinan ekstrem.
Secara khusus, komplementaritas sering mencakup investasi yang hasilnya bergantung pada investasi agen lain, beberapa akibatnya meliputi model big push yang menunjukkan bahwa keputusan produksi yang diambil akan saling menguatkan dan model cincin O yang memperlihatkan bahwa nilai peningkatan ketrampilan akan bergantung pada upaya peningkatan serupa oleh agen lain. Dalam kedua kasus itu, sebab akibat yang bersifat sirkuler daari umpan balik positif merupakan hal yang biasa keranggak berpikir ini dapat diterapkan untuk menganalisis perangkap pendapatan menengah (middle income trap).
Saat keterbelakangan cenderung menetap sepanjang waktu di suatu wilayah hal ini dapat menyebabkan munculnya perangkap keterbelakangan(under development trap). Dalam hal ini kebijakan pemerintah dapat mendorong perekonomian dengan intervensi mendalam(deep intervension) untuk menggerakkan perekonomian kearah equilibrium yang lebih baik. 
4.2 Ekuilibrium Jamak : Pendekatan Diagramatis
            Ekuilibrium jamak adalah kondisi yang menunjukkan adanya lebih dari satu ekuilibirium Gagasan dasar dari ekulibrium jamak tadalah keuntungan yang diperoleh agen tertentu dengan tindakan yang dilakukannya akan secara positif tergantung dari berapa banyak agen lainnya yang diharapkan melakukan tindakan yang sama. Umumnya nilai utilitas berbagai ekuilibrium tersebut tidaklah sama. Dalam kasus ini kita menyebut ekuilibrium itu sebagai di peringkat secara Pareto, ketika pihak berperingkat tinggi dalam ekulibrium itu akan memeberikan utilitas yang lebih besar kepada setiap orang. Artinya pergerakan ke ekuilibrium itu merupakan perbaikan pareto yaitu situasi ketika satu atau lebih orang dapat memperoleh keuntungan tanpa merugikan orang lain. Contoh klasik masalah ini, dalam pembangunan ekonomi berkaitan dengan mengkoordinasikan keputusan investasi ketika nilai (tingkat pengembalian) sebuah investasi bergantung kepada investasi lain atau cakupan investasi lain. Secara umum, apabila investasi yang menguntungkan tidak dilakukan tanpa koordinasi akan terdapat ekuilibrium jamak dimana orang-orang yang sama memiliki akses ke sumber daya dan teknologi yang sama.

4.3 Memulai Pembangunan Ekonomi: Model Dorongan Besar
Menurut Rostow “Sangat sulit upaya awal untuk menggerakkan pertumbuhan perekonomian modern dan jauh lebih mudah mempertahankannya jika pembangunan sudah berjalan.”
Meskipun faktor-faktor penting telah terpenuhi (sumberdaya manusia, teknologi, peran pemerintah), asumsi persaingan sempurna tidak berlaku dalam kondisi skala hasil yang semakin meningkat. Padahal  contoh pengalaman yang sudah terlaksana yaitu Revolusi Industri didapatkan bahwa skala hasil adalah kunci pembangunan tersebut.
Para ekonom pembangunan menyimpulkan, beberapa kegagalan pasar mengakibatkan pembangunan ekonomi menjadi sulit dimulai, khususnya eksternalitas terkait keuangan (pecuniary externality) yaitu dampak imbasan terhadap biaya atau pendapatan. Ada juga eksternalitas teknologi.
Ada gagasan tentang model dorongan besar yaitu model yang menjelaskan bagaimana kegagalan pasar dapat menimbulkan kebutuhan akan perekonomian yang terencana dan kemungkinan juga upaya yang dicetuskan oleh kebijakan pemerintah agar proses pembangunan ekonomi yang berlangsung dalam jangka panjang dapat berjalan atau dipercepat. Atau intinya yaitu kegagalan koordinasi akan menghambat keberhasilan industrialisasi dan merupakan kendala bagi dorongan pembangunan. Argumen yang dicetuskan oleh Rosenstein-Rodan ini akan sangat membantu apabila kita mampu mengidentifikasi situasi yang membutuhkan adanya dorongan besar.
            Asumsi-asumsi yang untuk mendukung adanya dorongan besar (big push): Faktor produksi cuma satu yaitu tenaga kerja, pembayaran faktor ada dua tipe yaitu sector desa dan sector modern, teknologi, permintaan domestik, penawaran dan permintaan internasional, struktur pasar. Asumsi-asumsi inilah yang akan membentuk kondisi terciptanya ekuilibrium jamak. Kasus lain yang memerlukan dorongan besar yakni: efek intertemporal, efek urbanisasi, efek infrastruktur, efek pelatihan.
Alasan mengapa sulit mengatasi kegagalan koordinasi: kegagalan pasar modal, biaya agensi mahal yang memicu adanya informasi asimetris, kegagalan komunikasi, adanya batasan pengetahuan.
Ringkasan: dalam beberapa kondisi dapat diketahui bahwa eksternalitas terkait keuangan dalam proses pembangunan dapat menimbukan ekuilibrium jamak, yang mungkin memerlukan kebijakan dorongan besar. Contoh nyata dalam proes pe-ngindustrialisasi perusahaan-perusahaan.
 
4.4 Masalah lanjutan dari Ekuilibrium Jamak
Ø  Keunggulan industri lama yang tidak efisien
·         Industri lama memiliki keunggulan dibidang pelanggan setia walaupun dengan teknologi lama.
Walaupun dengan teknologi lama tetapi bisa menghasilkan output lebih besar sehingga biaya rata-rata menjadi kecil.
·         Industri baru dengan teknologi baru dapat memperkecil biaya produksi per unit, tetapi belum tentu laku karena belum memiliki pelanggan. Diperlukan kecukupan modal yang besar untuk keberlangsungan industri ke depannya. Ini yang menyebabkan banyak negara berkembang terjebak dalam arus modal yang kurang lancar sehingga industri tidak efektif biaya dan terbelakang.



Ø  Perilaku dan norma
·         Intinya adalah diperlukan perilaku dan norma menghargai orang lain (mitra bisnis), tidak serakah dan sikap jujur.
·         Menghindari setiap godaan akan perilaku korup.

Ø  Keterkaitan (linkage theory)
·         Adalah tentang koordinasi dan komunikasi yang baik dari masing-masing perusahaan terkait. Mulai dari hubungan yang baik dengan penyedia barang input, distributor sampai dengan pelanggan pengguna produk kita. Hubungan siklus produksi dari huu ke hilir ataupun hilir ke hulu.
·         Hubungan baik dengan investor (penyedia modal) juga harus terbuka sehingga timbal balik yang dihasilkan bersifat positif

Ø  Ketimpangan, Ekuilibrium jarak, dan Pertumbuhan
·         Jurang ketimpangan antara kaya dan miskin membuat peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengatasi hal ini. Salah satunya dengan memberi bantuan kredit modal untuk kaum miskin agar mampu berproduksi dan memperbaiki pendapatannya.
·         Selain itu diperlukan juga bantuan pendidikan agar kualitas sumber daya manusia kedepannya bisa lebih berkualitas lebih.
·         Intinya bantuan sumber daya modal dan sumber daya manusia sangat diperlukan dalam upaya perbaikan pembangunan ekonomi di Indonesia.

4.5             Teori Cincin O dari kremer tentang pembangunan ekonomi.
Cincin O sendiri diambil dari sebuah kejadian pesawat antariksa ulang alik “Challenger” yang mengalami kecelakaan sebelum sampai tujuannya ke Bulan. Penyebab dari kecelakaan itu disinyalir akibat kesalahan produksi dari salah satu komponen pesawat tersebut, kegagalan yang disebabkan hal yang kecil tentu akan sangat besar dampaknya. Belajar dari kejadian tersebut Micheal Kremer mengambil sebab kejadian tersebut untuk menciptakan sebuah teori dan menamainya juga dari kejadian tersebut.  Filosofis dari kesalahan kecil yang mengakibatkan dampak besar yang ditimbulkan maka muncul pemikiran dari Micheal Kremer dengan teori Cincin O nya yang pokok intinya adalah sebuah model/fungsi produksi yang menghubungkan elemen elemen dari masing masing input yang saling melengkapi satu sama lain yang menjadi proses dari pembentukan suatu output berupa produk. Salah satunya dengan menitikberatkan pada kualitas masing masing input agar dari kombinasi input tersebut dapat diciptakan produk yang juga berkualitas.
Kaitannya dengan pembangunan ekonomi adalah umumnya dapat digambarkan sistem produksi modern saat ini yang sangat menitikberatkan pada pembagian kerja yang terspesialisasi pada bidang bidang pekerjaan yang semakin komleks memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dari itu apabila ada salah satu kecacatan dari salah satu elemen tersebut maka akan mengakibatkan rusaknya hasil yang itu inputnya dari kumpulan tersebut.

4.6   Pembangunan Ekonomi Sebagai Penemuan Diri
Ada asumsi bahwa setiap Negara telah mengetahui keunggulan komparatifnya. Hal tersebut dikarenakan adanya akses informasi saat ini sudah sangat maju dan juga didukung dengan teknologi yang canggih. Namun keunggulan komparatif disini tidak hanya dimiliki Negara dalam satu kesatuan utuh, tak bisa dipisahkan juga elemen elemen yang ada didalam Negara tersebut. Bahwa setiap individu juga memiliki keunggulan komparatifnya sendiri sendiri. Maka dari itu akan sangat beragam sekali dalam suatu Negara produk produk yang dihasilkan setiap individunya. Menjadi tugas pemerintah untuk mengatur beragamnya produk yang dihasilkan dalam suatu Negara, kegiatan produksi yang efisien harus dapat diciptakan agar itu dapat menjadi keunggulan komparatif secara makro dalam suatu Negara.
 

4.7 Kerangka Kerja Diagnostik Pertumbuhan Hausmann-Rodrik-Velasco
Mendorong investasi yang efisien dan menyebarkan gairah kewirausahaan memainkan peran penting dalam mengakselerasi dan meningkatkan pembangunan secara luas. Setiap Negara memiliki kendala dalam upaya mempercepat laju pertumbuhan dan pmbangunan ekonomi. Kemudian tokoh bernama Hausmann-Rodrik-Velasco membuat suatu pemikiran untuk menihilkan kendala dalam pertumbuhan ekonomi yang dikenal dengan diagnostic pertumbuhan. Diagnotik pertumbuhan adalah sebuah kerangka pohon keputusan untuk mengidentifikasi kendala yang paling membelenggu suatu negara dalam pertumbuhan ekonomi.


haus.jpg

Pada tahap pohon itu, alnalisis mencoba memilah Negara menjadi Negara-negara yang masalah utamanya adalah hasil yang rendah dan Negara yang masalahnya adalah sangat tingginya biaya keuangan. Dilihat dari gambar, inti masalahnya rendahnya tingkat investasi dan kewirausahaan. Rendahnya pengembalian atau hasil bagi investor dikarenakan oleh hasil sosial yang rendah dari aktivitas perekonomian seperti, geografi yang buruk, modal maanusia yang rendah, dan infrastruktur yang buruk. Selain hasil sosial yang rendah, terdapat faktor appropriabilitas yang rendah yang berarti para investor tidak dapat meraih bagian yang memadai dari pengembalian atas investasinya. Masalah appropriabilitas terjadi karena kegagalan pemerintah dan kegagalan pasar. Kegagalan pasar meliputi, resiko mikro dan resiko makro. Resiko mikro berkenaan dengan kelemahan lembaga yang fundamental, sedangkan resiko makro yaitu kegagalan pemerintah untuk menyediakan stabilitas keuangan, moneter, dan fiskal. Selanjutnya kegagalan pasar masalah yang dihadapi adalah eksternalitas informasi yang mencakup masalah “penemuan sendiri” yang dikemukakan oleh Haussman, dan Rodirik serta eksternalitas koordinasi.

Selanjutnya selain hasil yang rendah dari aktivitas perekonomian, boleh jadi masalahnya terdapat pada tingginya biaya keuangan yang disebabkan oleh keuangan internasional yang buruk dan keuangan local yang buruk. Keuangan local yang buruk terjadi mungkin karena tabungan domestic yang rendah atau perantaraan yang buruk.
Sebagai ringkasan, dalam kebijakan pembangunan tidak berlaku ungkapan “satu ukuran (kebijakan) untuk semua”. Strategi pembangunan ekonomi yang berfokus pada mobilisasi sumber daya melalui bantuan luar negeri dan arus modal lainnya, bersamaan

dengan meningkatnya tabungan nasional domestik mungkin sangat efektif apabila hasil domestik dan appropiabilitas swastanya tinggi. Sebaliknya, strategi yang berfokus pada liberalisasi pasar dan mewujudkan perekonomian terbuka boleh jadi akan sangat efektif apabila hasil sosialnya tinggi dan semua hambatan paling serius bagi appropriasi swasta
Anggota Kelompok
Adella Noviana A
Khoirul Anwar
Luthfan Fauzan
Sundari Ratnaningrum
 
hanya disebabkan oleh pajak dan pembatasan yang diterapkan pemerintah secara berlebihan.

0 komentar:

Posting Komentar